Saturday, December 28, 2013

Semacam Review #Penjaja Cerita Cinta


Cover

Penjaja Cerita Cinta

Judul               : Penjaja Cerita Cinta
Penulis             : @edi_akhiles
Penerbit           : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1        : Desember 2013
Tebal               : 192 halaman

Hiruk pikuk anak-anak SMAI Wasilatul Huda yang mengikuti Smahda Great Camp (SGC) 2013 sama sekali tak mereda, meski gumpalan mendung itu mulai mencair menetes ke bumi. Terdengar dari kejauhan perang yel-yel antar regu, berebut kue eksistensi. Dan saya sendiri, yang Ketua Panitia, yang penuh wibawa, dan yang penuh kharisma ini, sedang sibuk menandatangani buku kegiatan para peserta, sebagai bukti bahwa mereka telah ikut melaksanakan satu agenda kegiatan. 
Dengan tetap berseragam pramuka lengkap ini, aku lebih seperti seorang polisi ketimbang seorang pramuka. Baju ketat, celana ketat, dada bidang, dan lengan yang besar, dan banyak alasan lain yang membuat banyak diantara mereka mengatakan aku seperti polisi. 
Ah, tuntas sudah aku menanda tangani buku kegiatan mereka itu. Capekknya badan ini, membuat bayangan pijatan Pak Kasim, (Tukang Pijat) begitu enak di angan. Tapi pijatan pelepas lelah itu tak mungkin ku rasakan saat ini, karena kegiatan SGC 2013 ini masih akan berjalan dua hari lagi.

Mandi. Yah mandi. Mungkin dengan mandi, lelah di tubuh ini sedikit berkurang. Ku langkahkan kakiku menuju ke rumah Bapak, yang hanya berjarak 50 meter dari sekolah, tempat kegiatan itu dilaksanakan. Bapak sedang memotongi lembaran kain yang hendak dibuatnya baju itu, saat aku sampai di rumahnya. “Tok, tadi ada paketan dari Jogja,” katanya menjemput kehadiranku.

Tanpa menunggu perintah, anganku langsung terbayang sebuah buku dengan cover yang sering ku lihat di internet itu. #PenjajaCeritaCinta. Juga bayangan sebuah wajah yang juga tak asing di twitterku, @Edi_Akhiles. Oh My God. Ternyata dugaanku seratus persen benar. Setelah lama aku nanti-nantikan, akhirnya sampai juga buku ini di tanganku. Pada masa penantian yang lalu, aku bahkan sudah berpikir bahwa commentku di blognya Kak @Edi_Akhiles itu tak membuatku dapat jatah untuk mendapatkan buku ini.

Mandi, Shalat Ashar dan kembali berseragam Panitia SGC 2013 sudah tunai ku laksanakan. Kini waktunya kembali ke sekretariat. Hati tenang karena sudah shalat, hati sumringah karena dapat kiriman buku. Sebuah buku istimewa, berstatus hadiah, lengkap dengan tanda tangan penulisnya. Betapa istimewanya buku ini.

Tak sabar aku ingin membaca buku ini. Kucari  tempat duduk yang paling nyaman di sekretariat itu. Kuambil posisi duduk menghadap ke depan, di belakang meja sekretariat. Dari kejauhan aku pasti terlihat sangat berwibawa, dan juga kutu buku banget. Baru satu paragraf ku baca, Endrik (ketua Regu Djokowi) dan Ghofur (Ketua Regu Suka-Suka Kura), biasa ku panggil dia Si Cungkring, karena perawakannya yang kurus kering, Lung lit, balung karo kulit,  datang menyodorkan padaku dua tumpuk buku kegiatan yang harus aku tanda tangani.

“Buku apa tu Kak?” tanya Endrik.
“Kumcer, bukan sembarang kumcer.” Nih anak udah ganggu, pakai nanya-nanya lagi.
“Boleh pinjem nggak Kak?”Hadah, Si Ghofur cungkring itu, malah ikut-ikutan lagi. Oe, mana sopan santunnya??
“Boleh, entar kalau udah lebaran kucing,” jawabku sekenanya aja. Nggregetno wong dakman. 

Jadi teringat dengan tulisan usil di dinding kamar kosan waktu kuliah dulu, “Bodoh, bila kita meminjamkan buku ke orang lain, dan lebih bodoh lagi bila mengembalikan buku yang kita pinjam.” Hemmm, rese banget nggak tulisan macam itu. Bisa-bisa mengganggu stabilitas nasional kalau dibiarkan. Hehehe.

Selesai kutanda-tangani semua, segera ku raih buku #PenjajaCeritaCinta yang dari tadi dilihat-lihatin sama si Djokowi itu.

Sepertinya tak mungkin aku baca buku ini di sini. Mungkin saja sih, tapi bila kubaca sekarang, aku tak akan bisa menikmati sajian lezatnya dengan maksimal. Tapi bila tak ku baca sekarang, mana kuat aku menahan rasa penasaran ini? Hemmm...

PENJAJA CERITA CINTA
Ya sudahlah, ibarat makanan, aku putuskan untuk sekedar icip-icip dulu lah. Ku pilih judul pertama untuk ku icip. Tak tanggung-tanggung, judul pertamanya adalah yang menjadi judul buku ini. Penjaja Cerita Cinta. Kesetiaan, Rindu, Perpisahan dan Kenangan. Membaca paragraf pertama, aku seperti ikan yang baru aja menyambar umpan yang barusan dilemparkan sama pemancing. Sebuah paragraf yang telak membuat aku dan mungkin semua orang penasaran bila membacanya.
Simak aja paragraf ini!

Rumah yang kucari ini lebih tepat disebut kastil. Tak ada rumah lain di sekitarnya. Ya, hanya sendiri berdiri dalam sepi. Debu-debu kering bisa beterbangan demikian berantaknya meski hanya secuil angin yang melenguhinya. Pagarnya begitu congkak seolah berkata pada dunia, “Ada kehidupan paling rahasia di dalamnya, jangan ganggu ia atau kematian kan menyambarmu segera!”

Secepat kilat aku terlempar di depan pagar rumah itu. Merasakan kesunyiannya. Dan juga keangkerannya. Dan tentu saja aku merasa ingin tau sekali apa yang ada dibalik pagar setinggi 3 meter itu.

“Kak, saya mau ijin keluar sebentar,” busyet dah, si cungkring datang lagi.
“Mana kartu pass-nya?”
“Ini Kak”
“Ya udah, 10 menit harus sudah kembali lagi!” bentakku penuh berwibawa
“Siap Kak!”

Lanjut... Penjaja Cerita Cinta Ini membawahi 4 sub bab, yaitu kesetiaan, rindu, perpisahan dan kenangan. Kesemuanya tersaji begitu indah, dalam larik-larik kalimatnya.
Lihatlah bagaimana kesetiaan itu tergambarkan secara gamblang dari ucapaan-ucapan senja ini:

Aku selalu percaya janjimu untuk menjemputku saat senja di tepian teluk seperti dulu kamu pergi saat senja di tepian teluk...”

Kalimat yang diucapakan oleh senja (tokoh dalam cerita si penjaja cerita itu), membuat nyonya srintil begitu merasakan kesetiaan senja. Begitu juga aku yang membacanya.

Apalagi ucapan senja yang ini, “Aku sudah lupa bagaimana rasanya lelah menunggu. Tapi aku selalu ingat tentang kamu yang berjanji akan datang kala senja yang selalu setia ku tunggu...”

Begitu juga tentang rindu. Pada sub bab rindu ini, aku langsung dibawa menuju pada kerinduan yang sedalam-dalamnya melalui paragraf pertamanya. Lihat aja cuplikan kalimat di bawah ini!

Jika ada rindu yang mewartakan rindu yang sangat menyayat hati pemiliknya, pastilah rindu yang dirasakan itu belumlah sepekat rindu yang beremayam di hati Senja.

Oh, My God. Adakah rindu yang lebih besar lagi daripada rindu yang terungkap pada kalimat di atas? Cerita pertama ini membuatku tak lagi sekedar icip-icip. Ibarat makan, tadinya hanya ingin makan “sak pulukan”, tapi nyatanya aku keblabasan hingga satu piring habis kumakan. Lezat kali makanan ini.. hemmm. Mak nyuss..

Meski cerpen ini tidak lagi pendek, namun bagi tidaklah mengurangi keabsahannya sebagai cerpen. membacanya pun tak terasa melelahkan, karena memang cerita ini selalu membuat kita ingin membacanya hingga akhir. Dan di setiap sub babnya menjadi satu keutuhan dalam cerita ini. Mewek dah istriku ketika ku ceritakan kisah Senja ini padanya di malam harinya.

Membaca Penjaja Cerita Cinta ini akan membuat kita malu, karena kesetiaan kita tak seberapa bila dibandingkan dengan kesetiaan Senja. Juga bagaimana menjalani rindu dengan ikhlas, meski rindu telah mengharu biru.
***
Malam harinya, jadwal kegiatan SGC 2013 adalah Pentas Seni. Dan sebelum pentas seni itu dilaksanakan, terlebih dulu kami nonton bersama TIMNAS VS Thailand, namun itu tak sampai selesai. Saat Timnas menderita kekalahan 0- 1 dari Thailand, kami segera mengakhirinya dan melanjutkan kegiatan pentas seni.  Semua peserta SGC berteriak meminta melanjutkan nonton bareng, tapi kami memutuskan untuk tidak dihunjami kekecewaan lebih lama lagi.

Setelah ku pastikan semua panitia dan penampil siap, segera ku serahkan kegiatan pentas seni itu pada pembawa acaranya, Kak Siswoyo. Ku berjalan menyusuri teras kelas di sekolah ini.  Mencari tempat agak menyendiri, tepatnya di ujung paling utara. Di belakang para peserta perkemahan SGC 2013 ini. Mereka kian antusias ketika peserta pentas seni pertama menampilkan teater sederhana tentang “Siswa Ndableg” yang berarti Siswa Bandel. Meski latihan ala kadarnya, mereka begitu menjiwai cerita itu. Mungkin karena karakter tokohnya tak jauh dari karakter mereka sebenarnya. Kikikikikik. Berharap bisa dengan leluasa kembali bercumbu dengan buku Penjaja Cerita Cinta ini, ku cari tempat duduk yang paling nyaman, dan dengan posisi duduk yang se....enak-enaknya.

LOVE IS KETEK
Judul kedua dalam buku ini adalah Love is Ketek. Jauh dengan cerita yang pertama, cerita kedua ini bikin perut kaku, bukan karena sit up, tapi karena kecapekan ngakak. Habis makanan manis nan legit, kini kita dihidangi dengan rasa asam, kecut. Bukan kecut dalam konotasi jelek. Hanyalah upaya untuk menggambarkan betapa kontrasnya cerita pertama dengan cerita yang ke dua ini. Tapi di balik cerita kocaknya itu, sebenarnya cerita ini tersirat pesan yang sangat indah sekali. Terbalut dengan dialog-dialog yang ringan, lucu, dan juga renyah, cerita ini memberikan sebuah perspektif unik dalam menjalin sebuah hubungan dengan pacar ataupun istri kita.

Berikut ini contoh dialog yang renyah banget itu:
“Oke, fine!”
Matiihh gue...
Kalau Parmini sudah bilang gitu (“Oke, fine!”), perang dah! Apal banget gue!
Gimana gimana gimana? Renyah kali kan? Itu baru tiga baris kalimat pertama yang nongol dalam cerita ini. Selanjutnya, terserah anda.

CINTA YANG TAK BERKATA-KATA
Dari kisah cinta Parmini, kita lanjutkan ke cinta seorang penyair. Ini adalah cerita seorang perempuan yang memiliki kekasih yang gemar berpuisi ria. Mencitainya dengan puisi-puisinya indah. Di setiap perjumpaannya, kekasihnya selalu memperkosanya dengan puisi-puisinya yang memang gagah itu. Namun itu dilakukan berulang-ulang, hingga sang kekasih menyadari satu hal dari sebuah kalimat yang berbunyi “Setiap kata selalu memproduksi makna yang berbeda. Kadang, bahkan kata mendustai makna dirinya sendiri. Semakin terulang sebuah kata, semakin terkikislah maknanya, semakin terdustakanlah makna aslinya...”

Tidak terlalu nyastra dan tidak terlalu ngepop. Cerita ini real. Cerita ini menunjukkan bagaimana cara mencintai seseorang dengan cara yang benar. Cinta yang tidak hanya lahir di mulut, tetapi cinta dengan tindakan nyata. Namun sebenarnya tidak hanya itu, ada (tidak sedikit) pesan yang tersirat di balik cerita ini. Dan aku tak ingin memaksakan pesan itu pada sobat semua. Mungkin saja pesan yang sobat ambil nanti lebih cemerlang dari pada pesan yang berhasil ku kail. Amazing banget deh pokoknya. Alhamdulillah, saya termasuk orang yang beruntung bertemu dengan buku Penjaja Cerita Cinta ini.

“Gimana Kak penampilan saya tadi?” Busyet dah, si Cungkring tiba-tiba aja nongol di belakangku. Ngagetin orang aja!
“Bagus, bagus!” jawabku seolah-olah telah menyaksikan penampilannya. Kubenahi dudukku, agar tidak mengurangi kewibawaanku di matanya.  
“Beneran Kak?” Dia malah ngambil posisi duduk di sampingku. Uh, ni anak nggak ponya sopan santun banget sih. Udah pasang wajah wibawa gini juga. Masih aja sok dekat.Ciaaaaaaaat...
“Iya, benar! Bagus banget malah. Lebih bagus lagi kalau sekarang kamu kembali ke sana!” ngempet emosi mode on.
“Kalau bagus, berarti nanti aku boleh pinjam bukunya itu dong?” tanyanya lagi.
“Emang aku pernah bilang gitu?” tanyaku dengan nafas ala Bang Haji saat marah.
“Enggak Kak...” wajahnya menggigil, saat ku tampilkan wajah galak, dengan mata sedikit melotot. Selangkah demi selangkah dia berjalan menjauhiku. Hahahahaha..

Lanjut...
DIJUAL  MURAH SURGA SEISINYA
Cerpen yang satu ini bercerita tentang orang kaya yang sedang rekreasi di Candi Borobudur. Ada seorang Pak Tua yang terus mengikutinya untuk menawarkan tentang obat kejantanan pada awalnya. Tapi karena orang kaya tadi menggubrisnya, akhirnya dia menawarkan sebuah rahasia masuk surga. Taukah anda apa rahasianya? Beramal seribu rupiah tiap jumat, ketika kita mengikuti shalat Jum’at.

Tapi hati-hati ketika ingin me-murodi cerita ini, karena menurut saya cerita ini bergaya menyindir yang dalam bahasa jawa lebih tepatnya ngelulu. Secara sekilas, kita bisa saja terjebak dengan cerita yang ada. Bahwa hanya dengan bersedekah seribu rupiah kita akan masuk surga.

Seperti kebanyakan dari kita, yang berat sekali untuk beramal jariyah, tapi sekalinya beramal kita langsung mengklaim diri berhak untuk menjadi penghuni surga. Padahal amal jariyahnya tidak ada satu  persen dari semua jumlah kekayaan kita. Astaghfirullah.

Lihatlah bagaimana paragraf ini berkelakar:
Usai shalat, sambil menunggu Subuh, aku mondar-mandir ke depan dan belakang rumah. Setiap kali aku melintas di garasi, ku tatap dalam-dalam wajah sunyi SLK 250, Jazz RS, CRV, Mazda CX6, Kawasaki ER6, dan vario yang diam seribu bahasa. Ya Allah, jika memang kini harga surga sudah diobral sedemikian murahnya, berarti Vario ini saja sudah cukup untuk menghantarkanku dan istriku masuk surga. Apalagi jika semua nilai kendaraan ini diuangkan, bukankah penduduk sedesa Jomblangan ini akan masuk surga semua?! 

Ampun deh, buku ini bener-bener berisi Cerita Beribu Rasa dengan Ragam Teknik Bercerita. Persis seperti yang tertulis di covernya. Padahal ini baru 4 judul yang aku baca. Masih ada 14 judul lagi. Yaitu: Menggambar Tubuh Mama, Secangkir Kopi untuk Tuhan, Tak Tunggu Balimu, Cinta Cantik, Tamparan Tuhan, Abah I Love You, Cerita Sebuah Kemaluan, Munyuk, Lengking Hati Seorang Ibu yang Ditinggal Mati anaknya, Aku Bukan Batu!!!, Si X Si X Si X and God. Semuanya tersaji dengan bingkisan dan rasa yang berbeda-beda. Nyesel banget deh pokoknya kalau seumur hidup nggak baca buku ini. Ada bonus tips menulis di bagian akhirnya, Hindari “Dosa-dosa Preett” ini dalam Menulis.

Sekilas tentang Penulis :

Buku ini ditulis oleh @edi_akhiles. Nama Aslinya adalah Edi Mulyono. Lahir di Lalangon, Manding, Sumenep, Jawa Timur. Dia adalah salah satu Angkatan Sastra 2000, dan dianugerahi Pegiat Sastra di Yogyakarta oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Menempuh pendidikan S1nya di IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, Fakultas Syariah, Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH), Magister (S-2) di kampus yang sama, Jurusan Filsafat Agama. Dan kini tinggal menyelesaikan S-3nya di kampus yang sama pula, Islamic Studies.

Diantara karya-karyanya yang telah dibubukan adalah : Andai Aku Jalan Kaki, masihkah Engkau Selalu Ada Untukku?; Ah, Tuhan Sayang Padaku, Kok; Trio (Lebih) Macan!; Brengseknya Aku!; Thx For Auratmu; Orang Pelit Pantatnya Item; Hari-hari Paling Menyebalkan dalam Hidupku; Rogoh Ah...; dan yang terakhir ada CEO Koplak.

Kulirik penunjuk waktu yang ada di pojok kanan bawahku, di sana tertera 0:45. Hening,Tinggal suara-suara jangkrik yang terdengar saat ini. Ah, sudahlah. Kasian juga mataku nih, tiga hari terakhir ini kurang tidur. Cium anak tersayang, dan k*lon sama istri tercinta.. Sedap gila..
Tok tok tok... tok tok tok... Ah siapa juga malam-malam gini main ke rumah? Nyebelin banget sih! Mana sudah On Fire juga, huh! Dengan berat hati aku lengser dari ranjang, dan keluar untuk melihat siapa yang datang. 

Kriieeettt.........

Wajahnya meringis. “Kak, boleh pinjem bukunya nggak?”
“Cungkriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii..................gggggg!!!@@??!!!”


Penjaja Cerita Cinta
Yang kiri itu aku @alfafa dan yang kanan sepupuku Hamid Al- Fajri

No comments:

Post a Comment