Tuesday, February 9, 2016

Mimpi yang Akan Tetap Menyala #InternetSehat

Sebelum kita bicara tentang Internet Sehat, terlebih dulu saya ingin menyampaikan apresiasi saya yang setinggi-tingginya kepada para teman-teman yang sangat berdedikasi dalam upaya ikut mengambil peran dalam pembangunan Kabupaten Bojonegoro melalui dunia internet. Saya belum pernah sekalipun bergabung dengan kegiatan yang mereka adakan, namun selalu mengikuti perkembangannya melalui website dan group-group facebook yang ada. Mereka adalah sebuah komunitas yang tergabung dalam Relawan TIK Bojonegoro dan juga Blogger Bojonegoro. Ruh Pengabdian terasa kental sekali bila dilihat dari semua kegiatan yang mereka lakukan. Dan secara langsung, ini adalah contoh nyata dari Internet Sehat.

Entah yang akan saya ceritakan di sini termasuk dalam kategori Internet Sehat, ataukah justru hanyalah hura-hura dan kesia-siaan belaka. Jauh sebelum dunia internet sedahsyat seperti sekarang ini, hobi menulis saya sebenarnya sudah mulai tumbuh. Yaitu saat saya mulai menginjakkan kaki di bangku madrasah aliyah. Di sebuah mading usang, saya sering mempublikasikan tulisan saya. Namun kemampuan menulis saya lambat sekali perkembangannya, mungkin karena saat itu saya tidak tahu kemana saya harus belajar menulis. Dan ironisnya keadaan seperti itu terus berlanjut, saat saya kuliah. Bahkan sampai saat saya telah menikah, saya baru benar-benar dekat dengan internet sebagai media belajar.

Dari situ, saya mulai belajar tentang banyak hal dari internet. Sangat manusiawi, bila kemudian saya betah berlama-lama surfing di dunia maya, mengingat di situ saya mendapati banyak hal yang baru saya ketahui, tentang ini dan itu. Bukankah sifat manusia itu memang senang dengan segala sesuatu yang baru.

Saya mulai belajar blogging dengan tujuan sederhana, yakni untuk menampung coretan-coretan saya. Sambil posting-posting tulisan, saya juga mencari literatur tentang kepenulisan. Bagaimana cara menulis yang baik dan benar.

Hingga kemudian saya berjumpa dengan blog seorang owner penerbit mayor. Dari situ saya mengetahui info bahwa penerbit tersebut sedang mengadakan event menulis #FromZeroToHero. Saya pun ikut berpartisipasi dalam event tersebut. Dan alhamdulillah tulisan saya yang saya beri judul Man Jadda Pasti Wajada termasuk salah satu yang diterima untuk dimasukkan ke dalam sebuah antologi dengan judul Dream To Be a Hero. Ini memang belum apa-apa, tapi setidaknya mimpi saya untuk bisa menembus penerbit mayor sudah sedikit terkabul. Bahwa ada secuil tulisan saya yang sudah terpampang di sebuah buku yang diterbitkan oleh Penerbit Mayor. Dan ini sedikit banyak turut menjaga saya untuk tetap bermimpi.

Saya tahu, menjadi penulis profesional tidaklah semudah mengumbar aib orang lain, oleh karena itu saya memanfaatkan internet sebaik-baiknya untuk belajar menulis. Tapi terkadang mimpi itu meredup juga, oleh karenanya saya mencoba menyalakannya lagi dengan menerbitkan sebuah buku melalui jalur indie. Hanya agar saya mau terus belajar menulis. Buku pertama adalah sebuah kumpulan cerpen yang berjudul Sayap Kupu-kupu, dan buku yang ke dua adalah buku cerita anak yang berjudul Sepeda untuk Fandi.

Oke, Kawan, secuil tulisan saya ini hanyalah tentang mimpi yang akan tetap menyala sampai kapanpun juga, tentang sebuah keyakinan dan perjuangan. Karena bagi saya, tak ada kata terlambat untuk belajar dan berkarya. (@alfarafa)


12 comments: